Saturday, July 28, 2012

Anak Bodoh belum tentu tidak sukses

Ada banyak cerita tentang orang-orang terkenal yang dianggap bodoh waktu masih kecil.

Winston Churchill, perdana menteri Inggris di Perang Dunia II, pemimpin dan orator amat hebat abad ke-20, tampak bodoh waktu masih kecil. Dia mendapat nilai buruk di sekolah. Dia juga gagap kalau berbicara. Sampai-sampai ayahnya berpikir, bahwa bila dewasa ia tidak akan dapat hidup di Inggris.





 
Ludwig Van Bethoven diremehkan gurunya karena ia tidak bisa membuat perkalian dan pembagian. Beethoven berasal dari keluarga miskin. Kerana kemiskinannya, dia sendiri tidak dapat belajar seperti rekan-rekannya yang lain. Ketika usia Beethoven mencapai tiga puluhan, telinganya tidak dapat mendengar dengan baik. Siapa sangka Beethoven yang tidak berpendidikan tinggi itu  akhirnya muncul sebagai komposer teragung dunia dengan alunan musik kelasik ciptaanya yang sungguh merdu dan dimainkan oleh ahli-ahli musik hingga kini?




 Charles Darwin, pendekar teori Evolusi,berprestasi amat buruk di sekolah. Ayahnya pernah mengatakan, ia hanya memalukan keluarga. Meskipun teorinya dinyatakan salah oleh sebagian besar manusia kini, tetap saja banyak penemuan di bidang geologi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi.







Rapor Stephen Hawking, astronom penemu teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam (Black hole), dan radiasi Hawking , banyak merahnya waktu di SMA. Ayahnya amat frustrasi. Namun ia terus berkembang dan terus berkembang.






 
G.E.Chesterton, penulis kenamaan, tidak dapat membaca sampai di kelas 3. Seorang gurunya pernah mengatakan kepada anak berbadan gemuk ini: “Jika saja kami dapat membelah kepalamu, mungkin kami tak akan menemukan otak di sana, kecuali segumpal lemak putih.”
Emile Zola, sastrawan besar, mendapat nilai nol dalam ujian akhir sastra. Bahkan, seorang guru memukulnya karena menganggap ia suka “bingung” dan mengajukan terlalu banyak pertanyaan.


Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson bahkan belum bisa membaca sampai berusia 11 tahun.

Guru Thomas Alpha Edison, penemu listrik, menyebutnya  anak dungu. Namun kemudian si anak dungu menjadikan “bumi terang pada malam hari”. Ia mencoba 5000 lebih eksperimen berbeda tanpa hasil. Tapi, pada percobaannya yang ke-10 000, tiba-tiba cahaya muncul. Si anak dungu berhasil!
Suatu hari, seorang anak berusia 4 tahun yang telinganya sedikit kurang dan tak pintar di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. Ibunya membaca kertas tersebut:
 
"Tommy pelajar yang sangat bodoh di sekolah, kami minta ibu untuk memberitahunya supaya tidak perlu datang lagi ke sekolah ini."
 
Si-ibu menangis membaca surat dari sekolah  itu, namun hatinya berkata, ”Anak aku Tommy bukan anak bodoh, biar aku sendiri yang mendidik dan mengajar dia”. Siapa yang menyangka bahwa anak kecil yang telinganya sedikit kurang dan bodoh hingga diminta D.O. ini, akhirnya menjadi seorang ilmuwan genius? Siapa yang mengira ketika dewasa Edison muncul sebagai ilmuwan terkemuka dunia yang menciptakan lampu, ponograf dan kamera? Jawabannya adalah ibunya!  Ibunya Nancy Edison tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah bahawa anaknya bodoh, dia sebaliknya mendidik sendiri Thomas untuk menjadi seorang ilmuwan yang paling genius. Tanpanya, mungkin hingga kini kita masih bergelut dengan gelap.

Pernah orang tua Albert Einstein amat cemas terhadap prestasi sekolah Einstein yang sangat rendah. Nilai yang baik hanya untuk pelajaran Matematika. Namun, awal SMA malah gagal dalam pelajaran ini. Ia suka melamun. Suatu saat gurunya memintanya berhenti sekolah:
“Albert, kamu bodoh sekali. Kamu tak bakalan jadi orang nanti.”

Louis Braille tidak pernah bersekolah. Pada usia 3 tahun matanya pun buta.  Tapi keinginannya untuk menjadi manusia cerdik begitu kuat. Akhirnya dia mampu menciptakan huruf untuk membantu orang buta  membaca. Huruf yang diciptakannya kemudian dikenal dengan huruf Braille, sesuai dengan namanya. Sekarang siapa yang tidak mengenal huruf Braille?







Kisah Abraham Lincoln merupakan contoh klasik orang-orang yang benar-benar berani untuk gagal dan akhirnya dapat bangun untuk menebus kegagalannya. Lincoln berasal dari keluarga miskin Amerika dan tidak begitu pintar di awal persekolahannya. Dalam kehidupannya dia sering gagal: Usahanya bangkrut, gagal untuk menjadi anggota Kongres dan pernah bertanding untuk menjadi presiden tetapi gagal. 
Akhirnya pada tahun 1860 berkat usaha bersungguh-sungguhnya dia dilantik sebagai presiden Amerika yang ke-16 dan salah seorang presiden yang paling berjaya dalam sejarah Amerika.



Siapa tidak kenal Bill Gates? William Henry Gates III, atau lebih dikenali sebagai Bill Gates bukanlah seorang yang pintar semasa di awal persekolahannya. Dia memulai karirnya dari peringkat paling rendah yaitu sebagai seorang pembantu pejabat (office boy). Cemburu dengan kejayaan rekan-rekannya, dia pun berusaha keras untuk maju dan akhirnya bersama Paul Allen dia menciptakan rangkaian Microsoft dan muncul sebagai orang terkaya di dunia selama 13 tahun berturut-turut (1995 hingga 2007).



Aristotle Onassis adalah jutawan perkapalan Yunani yang sangat terkemuka dengan kekayaannya yang sangat luar biasa. Di zaman persekolahan, dia dikenali sebagai anak bodoh di sekolah hingga pernah diusir dari beberapa sekolah. Di sekolah pun dia cuma mendapat tempat terendah di kelas.
Akhirnya melalui usaha kerasnya di bidang perkapalan, Aristotle muncul sebagai jutawan terkemuka Yunani dengan nilai kekayaan USD 2.1 billion (RM6.32 bilion)

Mark Zuckerberc juga bukanlah terlalu pintar semasa kecilnya. Tapi dia berusaha untuk memperbaiki kelemahannya hingga dapat melanjutkan pelajarannya di Universiti Harvard. Di Harvard dia mencipta sistem rangkaian yang dapat menghubungkan mahasiswa. Dan sedikit demi sedikit rangkaian itu dikembangkannya menjadi Facebook. Mark pernah menolak tawaran Friendster yang ingin membeli Facebook pada harga US$10 juta dan kemudian dari Yahoo yang juga mau  membeli Facebook dengan harga US$100 juta.
Sekarang tak seorangpun mengira Mark yang tidak pintar ketika kecil bisa menjadi billionaire tersohor ketika baru berusia  27 tahun.

 
Kazuo Murakami membuktikan, bahwa setiap orang punya gen-gen positif yang 90-95% di antaranya tertidur.
Gen-gen itu tetap tertidur, tak kunjung terbangunkan, karena stimulasi yang diberikan tidak cocok dengan gaya belajarnya.


 
Lihatlah, betapa keliru penilaian guru dan orang tua terhadap potensi anak. Jadi, jangan pernah memarahi anak yang bodoh secara berlebihan. Tanamkan pendidikan sebagai tujuan utama. Iman, kerajinan, keuletan, dan segala hal yang positif, jadikan sebagai dasar untuk mereka. 

Semoga bermanfaat.

Para tokoh itu telah mengukir namanya yang abadi dalam sejarah.



Related Posts

Anak Bodoh belum tentu tidak sukses
4/ 5
Oleh

1 komentar:

July 20, 2012 at 5:27 PM delete

Infonya keren dan bagus banget untuk motivasi

Reply
avatar

Berikan komentar anda..