Saturday, February 11, 2012

Akibat Global Warming Semakin Menjadi-jadi

   Global warming rasanya sudah sangat kita rasakan dampaknya akhir-akhir ini. Lihat saja bagaimana kita saksikan di televisi, cuaca ekstrem yang terjadi di segala penjuru dunia. Di Eropa suhu udara mencapai minus 35 derajat celcius. Korban yang tercatat sampai pada hari ini (11/02/2012) telah mencapai 460 orang di Eropa saja. Beberapa negara yang sebelumnya tidak pernah dituruni salju, saat ini dihujani salju.
   Dari berita yang saya lihat di vivanews, penyebab dari cuaca dingin yang ekstrem di Eropa diduga adalah salah satu akibat dari pemanasan global. Para ahli mengatakan, peningkatan panas bumi membuat es di perairan Kara dan Barents, Antartika, mencair dan mengganggu pola udara di atmosfir.
   Menurut Stefan Rahmstorf dari Riset Dampak Iklim dari Potsdam Institute, hilangnya lapisan es Antartika memicu tekanan tinggi pada cuaca di utara Rusia, yang selanjutnya membawa angin dingin dari wilayah Antartika dan Siberia ke Eropa barat dan kepulauan di Inggris.
   Tekanan udara yang meningkat kemudian membuat atmosfir tidak stabil akibat tekanan udara yang berbeda. Akibatnya, pola angin berubah arah. "Siapapun yang mengira hilangnya sebagian besar es di Antartika tidak berdampak apapun, mereka salah. Ada interkoneksi yang kompleks di sistem iklim, dan Laut Barents-Kara telah menunjukkan mekanisme yang kuat," kata salah satu peneliti, Dr Petoukhov.
   Secara otomatis, suhu yang ekstrem di Eropa timur dan utara, China utara, bahkan jepang ini ikut mempengaruhi cuaca di Indonesia. Angin menjadi lebih tidak stabil, malam dan pagi hari udara sangat dingin, namun siang hari panasnya bukan main.Kita lihat kan bagaimana sering terjadi angin besar dan angin puting beliung akhir-akhir ini! Akibat yang sudah pasti adalah berkurangnya makanan, naiknya harga, dll.
   Selain itu, rusaknya lapisan ozon di langit Kutub Utara sudah kian parah. Seperti yang telah terjadi di Kutub Selatan, baru kali inilah langit di Kutub Utara sudah membentuk "Lubang Ozon." Demikian menurut penilaian tim peneliti, yang dihimpun stasiun berita BBC, 2 Oktober 2011. Mereka mengungkapkan bahwa 80 persen dari lapisan ozon yang berjarak 20 km dari permukaan tanah di Kutub Utara sudah hilang. Penyebabnya, tidak seperti biasa, adalah lamanya cuaca dingin di ketinggian tertentu. Dalam kondisi dingin, muncul senyawa kimia klorin yang menghancurkan ozon. 

   Unsur kimia penghancur ozon berasal dari sejumlah subtansi, terutama dari chlorofluorocarbons (CFCs). Dalam beberapa abad terakhir, substansi itu populer digunakan untuk peralatan rumah tangga, seperti kulkas dan pemadam api. Dampak negatif CFC telah terlihat di Kutub Selatan. Zona itu selalu mengalami penipisan ozon setiap musim dingin. Itulah sebabnya penggunaan CFC sudah dilarang melalui perjanjian Montreal Protocol 1987 dan kesepakatan-kesepakatan lainnya.
   Lapisan ozon berguna untuk menangkal sinar ultraviolet-B dari matahari. Manusia yang terkena sinar itu secara langsung bisa berisiko menderita kanker kulit dan gangguan kesehatan lain.
   Akibat lain dari pemanasan global ini juga terjadi pada ikan dan tumbuhan. Meningkatnya emisis karbon dioksida (CO2) ternyata berdampak besar pada sistem syaraf pusat ikan. Parahnya, ikan-ikan ini menjadi kehilangan kemampuan bertahan hidup. Hasil riset ini menemukan, konsentrasi CO2 yang diramalkan terjadi di samudera pada akhir abad ini akan menganggu kemampuan ikan mendengar, membau, mengenali dan menghindari predator. Peneliti dari National University of Singapore mengatakan saat ini spesies hewan dan tanaman di seluruh dunia telah mengalami penyusutan yang sangat besar. Hal tersebut dipengaruhi perubahan iklim yang tidak menentu.
   Dan tentu saja masih banyak lagi akibat dari global warming ini. Wallahu A'lam..apakah memang sudah takdirnya, karena memang bumi sudah renta?

Related Posts

Akibat Global Warming Semakin Menjadi-jadi
4/ 5
Oleh

Berikan komentar anda..