Saturday, January 21, 2012

Rahasia umum dunia pendidikan

   Assalamu 'alaikum Wr. Wb.


   Waaahh...ga terasa sebentar lagi sudah mau UN aja buat anak-anak sekolah. Waktu memang selalu berkejaran dengan kita. Kalau kita ga mampu mengikuti, kita akan terlindas dan tertinggal..hehe...

   Sekolah merupakan hal yang wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Wajib belajar 9 tahun adalah slogan pendidikan di negara kita ini. Namun sejauh ini kita masih melihat banyak sekali hal yang janggal dalam dunia pendidikan kita. Mulai yang terbuka sampai rahasia umum. Jujur saja, pendidikan di negara kita sudah tertinggal jauh dari negara-negara maju lainnya. Meskipun tidak terlalu di belakang, namun rasanya untuk SDM dan SDA negara kita yang luar biasa, seharusnya pendidikan di negara ini sudah seperti negara-negara maju.
   Kali ini saya ingin membahas beberapa hal yang sudah menjadi rahasia umum di kalangan dunia pendidikan. Semoga saja bisa sedikit membantu bagi anda yang bisa berbuat.
   Sebagian dari anda mungkin pernah merasakan gagal masuk sekolah negeri. Yaahh...memang sekolah negeri sekarang ini menjadi tujuan bagi sebagian orang, namun sangat sulit untuk masuk. SMP atau SMA/STM negeri biasanya menentukan nilai minimal bagi yang berminat untuk masuk di sekolahnya. Sedangkan bila tidak lulus masuk sekolah negeri, biaya di sekolah swasta terbilang mahal. Lalu bagaimana?? Beberapa murid di sekolah saya memilih untuk tidak meneruskan sekolah kalau tidak masuk negeri, karena biayanya yang mahal. Ckckkck...dilema dong..
   Kemudian masalah nilai UN. Nilai UN untuk kelulusan terbilang cukup tinggi untuk dicapai oleh siswa dengan otak pas-pasan. Setelah saya pelajari dari beberapa siswa, siswa yang pintar memang mampu mendapat nilai 60 keatas, namun itu hanya 5% dari 20 siswa. Sebagian besar siswa mendapat nilai 50 saja sudah dengan susah payah. Alhasil guru mau tidak mau akan membantu siswa dalam kelulusan. Kalau di SD, yang saya tahu, biasanya guru-guru membuka lagi kertas jawaban dan mengoreksi hasil siswa agar minimal sama dengan nilai KKM. Di SMP, di sebagian sekolah pihak sekolah memberikan contekan. Begitu pula di tingkat SMA. Andaikata tidak dari sekolah, siswa dituntun untuk mencari contekan. Pihak sekolah pun memberikan KKM tinggi di setiap semesternya, agar dapat membantu kelulusan. Pernah sekolah saya waktu itu KKMnya kecil, hanya sekitar 60-an, komisariat daerah kami malah menganjurkan supaya KKMnya ditinggikan. Sedangkan KKM 70 itu, menurut saya terlalu tinggi. Akhirnya di setiap pembagian rapot, nilai minimal siswa ada di 70-an. Meski dengan begitu, kami biasanya memberi tugas tambahan dan remedial lebih banyak untuk mencapainya.
   Waaahh...padahal KKM seharusnya dibuat berdasarkan kondisi siswa di kelas, kesulitan pelajaran dan sarana dan prasarana di sekolah. Bagaimana mau dikasih KKM tinggi, kalau terdapat siswa yang menurut saya hanya memiliki otak pas-pasan.
  Entahlaahh...dilema tingkat tinggi kan??? Di satu sisi, kita harus mengajarkan kejujuran pada para siswa, namun dilain pihak sekolah juga tau kondisi anak bahwa sesungguhnya ia cukup untuk lulus, meski nilainya kadang dibawah KKM. Sudah menjadi rahasia umum, kalau kita saksikan di TV kelulusan mencapai 90%. Weeeww...hebat sekali..hehe... Imbasnya, sebagian siswa malah santai saja menghadapi UN. "Ahh..ntar juga ada contekan.." begitu menurut mereka.
   Maka sudah seharusnya pemerintah membenahi sistem pendidikan di negara ini. Karena bila terus berlanjut, maka secara tidak langsung kita semua sudah mengajarkan anak-anak penerus bangsa untuk KKN.



   Contoh kasus mencontek massal di Gandel JawaTimur. Sekretaris Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Iwan Hermawan, menolak jika kasus mencontek massal saat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2011 di SD II Gandel, Surabaya, Jawa Timur, karena kesalahan guru. Menurut dia, kasus itu akibat kesalahan sistem UN yang dibuat pemerintah.
   "Kesalahan bukan dari guru. Ketidakjujuran struktural yang dilakukan oleh siswa, guru akibat kebijakan pemerintah yang mendorong melakukan itu," kata Iwan saat diskusi di Jakarta, Sabtu (18/6/2011).
Iwan mengatakan, UN membuat semua pihak tertekan. Murid ditekan guru agar mendapat nilai baik. Pasalnya, penilaian kinerja guru oleh kepala sekolah dilihat dari hasil UN. Adapun kepala sekolah tertekan akreditasi sekolah dan ancaman pemecatan berdasarkan hasil UN.
   "Jadi, kepala sekolah tertekan oleh kepala dinas, kepala dinas tertekan oleh bupati, gubernur, dan seterusnya. Jadi UN segala-galanya. Sebagai contoh, kepala dinas pendidikan di Parepare, Sulawasi Selatan, mengancam akan memberhentikan kepala sekolah jika (murid) tidak lulus 100 persen," kata dia.
Akibatnya, mereka menghalalkan segala cara agar hasil UN bagus. Jika tak mau berbuat curang, lanjut Iwan, akan diperlakukan seperti Siami (32), ibu dari Alifah Ahmad Maulana alias Aam (13).
   Iwan mengatakan, ia pernah diberi sanksi ditangguhkan kenaikan pangkat sebagai pegawai negeri setelah mengungkapkan kebocoran UN di Bandung, Jawa Barat. "Itu gara-gara sampaikan apa adanya. Banyak juga guru-guru yang dimutasi ke daerah terpencil gara-gara kejujuran. Sudahlah, UN tidak perlu dilanjutkan lagi," ucap Iwan.
   Jujur saja..bukan hanya SD II Gandel saja yang seperti itu, semua sekolah di Indonesia pun begitu. Suatu kali sekolah STM di daerah saya pernah melarang keras siswanya mencontek. Alhasil hampir 50% siswa tidak lulus UN. Di tahun berikutnya, sekolah tersebut tidak banyak lagi peminatnya.
   Heeemmm..sedihnya... makanya usul buat pemerintah. Kami tahu tidak mudah membuat sistem pendidikan yang baik. Tapi lebih baik biarkan sekolah yang menilai siswa-siswanya. memang peluang siswa yang memang sengaja diluluskan tetap ada, namun setidaknya tidak merusak moral bangsa kita.

Wassalamu 'alaikum Wr. Br.

Semoga Bermanfaat.

Related Posts

Rahasia umum dunia pendidikan
4/ 5
Oleh

2 komentar

January 25, 2012 at 2:32 PM delete

Wajib belajar 9 tahun ujung2nya Nyontek juga,

Reply
avatar
January 25, 2012 at 8:03 PM delete

hehe...memang begitulah wajah pendidikan bangsa kita...turut berduka..

Reply
avatar

Berikan komentar anda..